dinaskesehatan.kukar@gmail.com 0541-4108115
Dinas Kesehatan

Pertemuan Evaluasi Lansia Tahun 2022

administrator Dinas Kesehatan Senin, 8 Mei 2023

1025

DinkesKukarHariIni___Kegiatan Pertemuan Evaluasi Lansia merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan petugas terkait pelayanan kesehatan Lanjut Usia yang santun dan ramah Lansia selain analisis program untuk menemukan permasalahan dan rencana tindak lanjut yang sesuai dengan kondisi demografi masing-masing wilayah dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pelayanan.

Sehubungan dengan hal tersebut Subkoordinator Penyehatan Keluarga melaksanakan Pertemuan Evaluasi Lansia Tahun 2022 dengan mengundang peserta kegiatan yaitu Penanggung Jawab Program Lansia di seluruh Puskesmas Kabupaten Kutai Kartanegara.

Bertempat di Hotel Mercure Samarinda, Kegiatan dilaksanakan selama dua hari tanggal 7 dan 8 Mei 2023.

Secara umum kegiatan ini untuk melakukan Evaluasi Program Usia Lanjut sekaligus Update Kebijakan Program Terkait Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut bagi Penanggungjawab (PJ) Program di seluruh Puskesmas se-Kab. Kutai Kartanegara dan secara khusus agar mendapatkan konsep pemberdayaan Lansia dan mampu melaksanakan pemberdayaan Lansia di puskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan, Mengetahui dan mampu melakukan kaji tiru best practice pelaksanaan program terkait pelatihan caregiver informal di puskesmas dan integrasi posyandu lansiaposbindu di wilayah kerja masing-masing puskesmas serta Melakukan evaluasi pelaksanaan program kesehatan usia lanjut serta menemukan permasalahan dan rencana tindak lanjut sesuai kesepakatan.

Nara sumber pertemuan ini adalah Pengelola Program Usia Lanjut Dinas Kesehatan Kabupaten dan dari Dinas Kesehatan Provinsi serta pemateri dari Puskesmas terpilih yang dilanjutkan dengan sharing pengalaman, diskusi interaktif, tanya jawab dan kesepakatan tindak lanjut.

Setelah kegiatan ini selesai dilaksanakan harapannya peserta pertemuan/Puskesmas mampu memahami konsep permberdayaan Lansia, Peserta pertemuan/Puskesmas mampu melaksanakan pemberdayaan Lansia di Puskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan, Peserta pertemuan/Puskesmas mampu melakukan kaji tiru best practice pelaksanaan program terkait pelatihan caregiver informal di puskesmas dan integrasi posyandu lansia-posbindu di wilayah kerja masing-masing puskesmas, dan Peserta pertemuan/Puskesmas mampu mengembangkan pelayanan atau inovasi yang sesuai dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan Lansia.

Materi atau bahasan dalam kegiatan ini terkait update Kebijakan pelayanan Kesehatan Lanjut Usia, Pemberdayaan Lansia dan Pelaksanaannya di Puskesmas, Evaluasi Program Usia Lanjut, Best Practise Pelaksanaan Integrasi Posyandu LansiaPosbindu di Puskesmas, dan Best Practise Pelaksanaan Pelatihan Caregiver Informal di Puskesmas.

Metode pelaksanaan kegiatan yaitu dengan penyampaian materi dan dilanjutkan dengan diskusi serta pada akhir kegiatan membuat rencana tindak lanjut.

Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di dunia saat ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2020 menyebutkan bahwa populasi lansia di Indonesia meningkat menjadi 21,75 juta jiwa atau 8,34% dari jumlah penduduk (Susenas, 2015). Berdasarkan proyeksi dari BPS tahun 2010, diperkirakan pada tahun 2020 penduduk lansia akan mencapai 27.09 juta (9,99%) dan tahun 2035 sebesar 48.20 juta (15,77%).

Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lansia. Menurut data Riskesdas 2018, masalah kesehatan terbanyak yang dialami adalah hipertensi, masalah gigi dan mulut, penyakit sendi, diabetes melitus, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan kanker. Keadaan ini diperberat dengan adanya lebih dari satu penyakit yang di derita lansia secara bersamaan dan semakin bertambah dengan semakin lanjutnya usia lansia yang bersangkutan.

Bila melihat dari data kemampuan fungsional Lansia di Kab. Kutai Kartanegara pada tahun 2022, ada sekitar 6,7% lansia atau sekitar 2.980 lansia yang memiliki gangguan kemandirian yang terbagi atas kemandirian ringan dan sedang sebanyak 5,4% dan gangguan kemandririan berat sampai total sebanyak 1,2%. Ini berarti ada 93,3% lansia kita berada dalam kondisi terbaik dan sehat untuk melakukan berbagai aktivitas fisik dan sosial di masyakarat termasuk aktif secara ekonomi dan spiritual. Populasi sehat ini tentu saja dapat digunakan untuk kepentingan kesehatan masyarakat melalui jalur pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan Lansia dikembangkan berdasarkan pertimbangan atas adanya potensi dan peran yang dimiliki Lansia yang dapat dioptimalkan sehingga dapat berkarya dan berdaya guna. Karakter Lansia yang mempunyai pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan kearifan, membuat Lansia memiliki peran yang penting di dalam keluarga dan masyarakat, karena mereka akan lebih di dengar dan dihormati sehingga mampu mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, sikap dan perilaku anggota keluarga dan masyarakat. Bahkan pada sebagian masyarakat di Indonesia, Lansia dapat berperan sebagai pelaku pengasuhan pada anak di dalam keluarga.

Namun belum semua Lansia mempunyai pemahaman dan kemampuan untuk mendukung perilaku sehat dalam keluarga. Lansia yang telah diberikan pemahaman dan kemampuan akan menjadi teladan, memberi edukasi, motovasi dan membantu mencari solusi apabila ada permasalahan dalam keluarga atau masyarakat sekitranya termasuk melaksankan perilaku hidup sehat. Sehubungan dengan hal tersebut, pertemuan ini dilengkapi dengan materi pemberdayaan Lansia sebagai pedoman bagi petugas puskesmas agar kedepannya dapat melakukan kegiatan pemberdayaan sehingga Lansia mampu meningkatkan status kesehatan keluarga.

Di tingkat masyarakat peran UKBM perlu dioptimalkan dengan meningkatkan peran anggota masyarakat secara aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan, integrasi posyandu lansia dan posbindu diharapkan mampu mendekatkan akses pelayanan kesehatan langsung pada kelompok sasaran sehingga memudahkan dalam pelayanan yang berfokus pada upaya preventif dan promotif selain mengefektifkan sumber daya dan waktu pelayanan di masyarakat.

Seiring dengan hal tersebut, Pertemuan Evaluasi Lansia dilaksanakan dengan mensinergikan pengkayaan materi terkait Pemberdayaan Lansia sehingga evaluasi program tidak saja terkait evaluasi keberhasilan program, pencapaian SPM Lansia, permasalahan dan kendala yang ditemukan tapi juga sekaligus terkait dengan update pengetahuan penanggungjawab program sehingga optimalisasi pertemuan dapat diupayakan untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan usia lanjut yang lebih baik kedepannya baik di FKTP maupun di FKRTL.(nf)